AYAH INI AKU, ANAK MU AYLA
AGEN BOLA PIALA EROPA 2016
Tubuh Mungilnya menggigil kaku… ia duduk di sebrang trotoar, sambil terus menggigil kedinginan.. tiba tiba dua orang sosok berbadan tegap dan gelap mendekatinya
“Dasar Anak gak tau diri kamu!!!, berani beraninya kamu coba kabur…”
Gadis kecil itu hanya terdiam sambil terus kedinginan, mata bulat besarnya sayu… kelopak matanya membengkak…
Dua orang pria itu pun membawanya ke sebuah bangunan tua yang setengah jadi di sudut kota sambil terus memaki dan menendangi gadis tersebut.
AGEN BOLA PIALA EROPA
Sampailah mereka ke dalam ruangan besar yang pengap itu, di sana terdapat puluhan pasang mata yang memandang ngeri beserta pilu terhadap gadis itu, ia masih ditendangi dan sesekali didorong kepalanya oleh kedua pria setengah baya itu. Beberapa kali ia merintih, namun tampak rintihan itu berusaha ia simpan… Entah sampai kapan ia bertahan, sudah banyak darah yang bercucuran dari ujung bibirnya.
“kalian lihat ini, ini yang akan kalian dapat, apabila mencoba lari dari sini… dasar wanita sialan! sampah!” masih, wanita itu masih terus terdiam kaku… ia ditendangi lagi, bertambah miris hati puluhan pasang mata yang melihatnya.. pilu bercampur kasian dan rasa takut.
BANDAR BOLA PIALA EROPA
Pria kedua menarik bajunya, ia merogoh-rogoh saku bajunya… mencari-cari sesuatu yang diinginkannya
“Sialan! apa yang dapat kau bawa? hanya tubuh sampahmu ini!” ucap pria itu sambil meludahi gadis yang tak berdaya itu. Gadis kecil itu membasuh ludah pria itu dengan tangannya, sesekali merintih kesakitan.
“Kau harus menebusnya, sudah 4 hari kau lari dari sini, dan tidak membawa sepeser uang pun, besok… kau harus membawa storan 5 kali lipat dari biasanya. aku tak mau tau!” lagi, ia ditendang dan diludahi…
Pria-pria tak berhati itu pergi meninggalkannya sambil menatap tajam setiap pasang mata yang berada di sana..
BANDAR BOLA
Asih membawa gadis itu ke dalam ruangan pengap yang tak layak disebut sebagai kamar, tapi mereka menyebutnya kamar. Gadis itu dibaringkan asih… secepatnya asih mengambil kain basah untuk membasuh luka gadis itu. Namun, belum siap darah yang melekat itu dibersihkan, gadis itu, menolak untuk dibersihkan lagi.
“Kau kenapa? kenapa kau diam saja? aku heran dengan mu… kau selalu diam apabila disiksa oleh Burhan dan Yanto…”
Namun, gadis itu kembali diam saja
“Jangan seperti ini, aku dan yang lainnya tak tega melihatmu… kau gadis yang baik… tapi kenapa kau dengan sadarnya ingin bekerja di Neraka ini, padahal kau tau apa resikonya… besok aku kan mencari storan lebih, akan kubagi denganmu, agar kau bisa membayar storan mu”
Masih dan masih ia masih diam, entah apa yang ia fikirkan, pandangannya terlihat kosong dan senyap, sesekali ia menggenggam tangannya, sambil merintih kecil.
“Jawablah aku, berbicaralah… aku tak butuh diam mu… aku tau aku tak dapat membantu apa-apa bagi mu tapi aku pun manusia, aku tau apa yang kau rasakan, aku pernah disiksa seperti itu…”
Dia masih terdiam, tak berbicara ataupun bergeming sedikitpun.
“Ya sudahlah, mungkin kau masih belum percayai ku… aku mengerti… istirahatlah kau… besok hari yang berat untukmu”
Asih pun pergi meninggalkan gadis itu.
AGEN BOLA
Keesokan harinya, sebelum para penghuni lain bangunan itu membuka mata, gadis kecil itu sudah berlalu lalang di jalanan, mengamen dan membersihkan kaca-kaca mobil yang berhenti di lampu merah.
Siang pun merapat, baru Rp.30.000 uang yang didapatnya, ia masih harus mencari uang yang lebih banyak, sengaja ia tak makan agar uangnya tak berkurang sedikitpun. Dipegangnya perut kempisnya itu, sambil merintih kelaparan. tapi, sedikitpun ia tak bergeming untuk membeli makanan. Sembari mengamen, ia melirik-lirik ke tong sampah restoran di ujung jalan, berharap ada makanan sisa. tapi sayang, pemulung telah duluan memungutnya. Ia terus tersenyum kepada setiap pengendara sambil melantunkan lagu-lagu dari suaranya yang merdu, dan terus berharap dapat membawa uang yang cukup untuk membayar setorannya kepada Burhan.
TARUHAN BOLA
Senja pun merayap, ia duduk di pinggir jalan sembari menghitung pendapatannya. Masih terlalu jauh dari cukup, padahal ia telah berusaha sekuat tenaga. Ia membasuh peluhnya sembari menatap langit, tiba-tiba asih datang, dan menyodorkan uang sepuluhribuan. Gadis itu menunduk sembari menggeleng kecil.
“Ayolah ambil… kau pun sering membantuku, kau ingat ketika uang setoran ku terpakai untuk membeli obat dulu? kau kan yang membantuku? kau berikan uang yang sekiranya akan kau pakai untuk membeli makan mu kepadaku, agar aku tak disiksa oleh Burhan, Pria bajingan itu…! keparat!”
Seketika, pandangan gadis itu berubah menjadi tajam terhadap asih, lalu ia berlari meninggalkan asih asih hanya terdiam bingung melihat gadis itu, asih tak habis fikir, kenapa gadis itu terlalu lemah dan berbeda dari biasanya.
JUDI BOLA
Kaki kecil gadis itu berjalan mendatangi Burhan yang sedang asik bermain judi dengan teman-temannya… Ia menyodorkan Uang yang didapatnya hari itu. Secepatnya Burhan menghitung uang yang baru saja diberikan gadis itu.
“Sialan! aku bilang setoranmu untuk 5 hari… kau fikir aku main-main dengan perkataanku?” Burhan menarik rambut gadis itu, sehingga tubuhnya sedikit terangkat, lalu menghempaskan tubuh mungil itu ke lantai…
“Persetan dengan Umurmu, Persetan dengan wajah polosmu, ataupun luka-lukamu…” lagi, ia ditendangi dan ditampar, dan lagi! darah itu bercucuran.
“Besok, kau harus dapat uang sebanyak setoranmu yang masih kurang, kalau tidak…! mati kau kubuat!” Burhan kembali meneruskan permainan judinya, sedangkan gadis itu berlalu pergi ke kamarnya.
Sesampainya ia di kamar, ia langsung berbaring… tubuhnya makin menggigil dan kesakitan. Asih mendekatinya dan mengusap darahnya yang bercucuran, namun segera mungkin gadis itu menolak dan membuang tangan asih. Asih tak berkata apa-apa, ia hanya diam dan ikut berbaring di samping gadis itu.
Keesokkan paginya, penghuni bangunan tua itu geger, Gadis kecil itu tiada… tiada dengan beribu luka di sekujur tubuhnya, Asih menangis pilu sambil memegang secarik kertas yang berbercak darah. Burhan datang dengan panik. Ia gelagapan dan bingung.
“Cepat, Cepat kalian kubur Mayatnya di belakang gedung, aku tak mau mayat ini masih ada di sini.”
Asih mendatangi Burhan dan menyerahkan secarik kertas penuh noda darah itu. Burhan keheranan dan tak mengerti, lalu ia membaca kertas itu
^^ Ayah…Ini Aku Alya, Anakmu…
Mungkin kau tak hafal lagi rupaku. sebab, sewaktu kau pergi… aku masih berumur 4 tahun.
Aku masih ingat lembut tanganmu Ayah, masih ingat kecupan hangatmu…
Aku masih ingat dekapanmu… Karena kau Ayahku kemarin, sekarang, nanti dan selamanya.
Ayah… Ibu telah meninggal, Ia terkena penyakit kanker rahim.
Berdua kami di rumah kecil itu selalu menunggumu, berharap kau akan datang… Bukan pengharapan untuk membawa uang banyak, tapi pengharapan dapat bertemu dan melepas rindu denganmu Ayah.
Berbekal alamat dari pak kades yang dulu pernah tak sengaja melihatmu di Jakarta, aku datang ke sini… aku ingin dekat denganmu…
Aku yakin kau tak pernah benar-benar melupakanku. Kau tak pernah benar-benar meninggalkanku.
Tak butuh begitu akrab denganmu ayah, cukup dengan melihatmu setiap hari saja, bagiku sudah cukup.
Aku ingin diciumimu lagi Ayah, seperti dulu… tak peduli bau asap bajumu, tak peduli sebau apa keringatmu… Aku rindu kecupanmu Ayah.
Aku bahagia ayah, sebab di detik-detik terakhirku… aku masih bisa melihatmu… Aku menyayangimu Ayah…
Maafkan segala kesalahanku ^^
Mendadak, airmata berjatuhan dari sudut mata Burhan, Ia memeluk jasad anaknya dengan berjuta rasa bersalah… Ia menciumi setiap kulit anaknya. Mengusap-usap wajah kakunya… membasuh luka-luka nya yang masih segar. Digendongnya tubuh anaknya yang mungil itu.. sembari terus menciuminya. Tangisnya makin menjadi, wajahnya makin basah dengan air mata. Terlihat berjuta penyesalan dan rasa bersalah… Didekapannya itu, adalah anaknya yang sekian tahun dirinduinya namun sekian tahun jua ditelantarkannya. tersilap di fikirannya, rasa amarah yang amat besar pada dirinya sendiri. Karena Ia yang telah membunuh anaknya sendiri. Teringat ia, setiap perlakuan siksa yang ia lakukan terhadap anaknya, hinaan, cacian, makian, tendangan, tamparan, pukulan dan semua siksaan perih darinya. Berpasang mata melihatnya sambil menahan haru dan tangis.. .Mereka tak tau harus bersedih kasian terhadap Burhan atau memakinya dengan penuh amarah.
“Sayang, maafkan ayah… maafkan ayahmu Ini Nak, maafkan ayah… kau terkasih untukku selamanya nak.. Ayah berdosa tlah menelantarkanmu dan ibumu, dan membunuhmu, tangan ayah tak berhak lagi menyentuhmu… maafkan aku anakku..” Ucap Burhan lirih sambil terus meneteskan air mata.
Ia berdiri tegak sambil menggendong jasad anaknya, Dimandikannya jasad anaknya, dishalatinya, dan Dikuburkannya tubuh gadis kecil itu. Terlihat senyum manis Alya di peristirahatan terakhirnya. Dan Di atas sana, Ia telah bahagia melihat Ayahnya menciuminya untuk terakhir kalinya.